Sunday, 7 August 2016

ok tak?

LAGU PUJI SANG DARA Lilin kecil t'lah redup Angin kian berembus Guridam nyanyian Usang Pekat di ujung malam Usah menelan bayang Janggalkan semua Impian Senyap rasa kian hampa Ada lagu mendayu Nyanyian bersyair Getir Dalam nada lara jiwa Ada segumpal luka Rentangkan kisah Amarah Puisi by : N/A

puisi

BIMBANG Mentari terselubung halimun, pekat Awan hitam setia Menemani hari Senyap Bimbang Hati terdiam Kala kamu hadir Meminta janji suci dariku Terhempas badai gelombang lautan Hadirmu bagaikan tsunami Yang datang Menghantamku Kelam Dalam diam Aku tak faham Mengapa kamu hadir kembali ? Asa yang terajut indah Mulai membentang, terpasang Kala hatimu Memintaku Diam Tiada kata Aku masih terhempas Dalam gelombang tsunami bimbangku Janjiku akan aku tepati Tunggulah aku kembali Di ujung Senja Puisi by : Dew

apa itu cerpen

Pengertian Cerpen Dan Strukturnya Dilengkapi Unsur-Unsurnya Sora N 01/11/2014 Pengertia cerpen dan menurut para ahli beserta unsur-unsurnya dapat kamu pahami serta cermati di artikel ini. Cerpen adalah cerita pendek, jenis karya sastra yang memaparkan kisah ataupun cerita tentang manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek. Atau definisi cerpen yang lainnya yaitu merupakan karangan fiktif yang isinya sebagian kehidupan seseorang atau juga kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang berfokus pada suatu tokoh sja. Maksud dari cerita pendek disini ialah ceritanya kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) kata atau kurang dari 10 (sepuluh) halaman. Selain itu, cerpen hanya memberikan kesan tunggal yang demikian dan memusatkan diri pada satu tokoh dan satu situasi saja. Struktur cerpen Struktur teks cerpen dintaranya ada 6 (enam) bagian yaitu: Abstrak – merupakan ringkasan ataupun inti dari cerita yang akan dikembangkan menjadi rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional yang artinya sebuah teks cerpen boleh tidak memakai abstrak. Orientasi – adalah yang berkaitan dengan waktu, suasana, maupun tempat yang berkaitan dengan cerpen tersebut. Komplikasi – Ini berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat, pada struktur ini kamu bisa mendapatkan karakter ataupun watak dari tokoh cerita sebab kerumitan mulai bermunculan. Evaluasi – Yaitu struktur konflik yang terjadi yang mengarah pada klimaks mulai mendapatkan penyelesainya dari konflik tersebut. Resolusi – Pada struktur bagian ini si pengarang mengungkapkan solusi yang dialami tokoh atau pelaku. Koda – Ini merupakan nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari suatu teks ceriita oleh pembacanya

Saturday, 6 August 2016

tulis novel

1. Proses Awal Menulis Novel Proses yang satu ini sangat penting dan krusial baik bagi pemula maupun penulis novel senior. Sebab proses ini merupakan pondasi dasar dalam menulis novel. Sama seperti pondasi pada umumnya, tentu haruslah kuat. Tujuannya agar novel yang diterbitkan nantinya dapat berkesan dan dinikmati pembacanya. Sebab tugas seorang penulis adalah berbagi perasaan pada pembacanya. Jika perasaan itu tersampaikan, maka pembaca akan hanyut dalam cerita di dalamnya. Proses awal dalam penulisan novel dibagi dalam dua tahap. Tahap pra penulisan dan penyusunan kerangka novel. Tahap Pra Penulisan Novel Pada tahapan yang satu ini penulis wajib menggali ide dan menentukan tema. Ide adalah gambaran umum tentang cerita yang ingin ditulis. Sedangkan tema lebih spesifik lagi. Novel yang bagus tidak harus mempunyai ide yang original. Ide mainstream dan ide daur ulang juga bisa dipakai. Contohnya cerita cinta segitiga, persahabatan dan impian. Pastikan tema novelmu jelas. Tema bisa satu unsur atau gabungan dari beberapa unsur. Contohnya cerita percintaan anak basket dengan bintang kelas. Bisa juga horor percintaan antara gadis pemburu vampir dan lelaki berdarah campuran. Jika masih bingung tentang ide dan tema, kamu bisa mencari rujukan dari buku-buku yang sejenis. Contohnya untuk ide dan tema cinta segitiga, persahabatan dan impian bisa merujuk pada novel Winna Efendi. Penyusunan Kerangka Novel Setelah mendapatkan ide dan tema yang pas, selanjutnya kamu bisa menyusun kerangka novelmu. Karakter/Penokohan Ciptakan karakter yang unik dalam novelmu. Karakter yang unik bisa membuat pembaca penasaran. Sehingga dapat memancing pembaca untuk terus mengikuti alur cerita di dalamnya. Tulis secara detail mulai dari nama, jenis kelamin, ciri fisik, kepribadian, kebiasaan, hobi dan hal-hal detail lainnya. Tentukan posisi masing-masing karakter. Siapa yang protagonis, antagonis, atau penengahnya. Mana karakter utama, karakter pendukung, atau figuran. Terakhir dan paling penting adalah karakter haruslah manusiawi dan rasional. Sudut Pandang/Point of View Tentukan sudut pandang cerita yang akan kamu ambil. Perhitungkan secara matang tingkat keluwesannya. Sudut pandang yang kamu ambil harus dapat menggambarkan adegan-adegan dalam novelmu secara apik. Kamu bisa menggunakan satu atau lebih sudut pandang. Namun ada baiknya pilih satu saja yang paling cocok dengan ceritamu. Alur/Plot Pada dasarnya, hampir semua cerita menggunakan tiga plot dasar. Plot maju, plot mundur, atau gabungan antar keduanya. Masing-masing plot mempunyai kekuatan penggambaran tersendiri. Maka unsur yang satu ini akan menentukan kemana arah ceritamu dibawa. Konflik dan Ending Dalam cerita yang kamu buat haruslah terdapat konflik di dalamnya. Konflik yang bagus dimulai dengan percikan kecil, kemudian membesar dan memuncak. Hindari konflik yang dipaksakan. Konflik yang dipaksakan akan merusak alur dan akhir cerita. Buatlah senatural mungkin. Jangan lupa siapkan juga ending yang tepat untuk mengakhiri cerita. Hindari ending yang klise, akan lebih baik jika ending juga dibuat senatural mungkin. Gunakan akhir yang jelas untuk novel tanpa seri. Sebaliknya, ciptakan akhir yang mengantung untuk novel seri yang akan kamu tulis. 2. Proses Menulis Novel Akhirnya kamu tiba pada proses yang paling ditunggu-tunggu. Proses menulis naskah pertamamu. Setelah proses awal dan seluruh tahapannya sudah kamu lakukan, kamu berhak untuk maju ke proses yang penting ini. Sebab 60% syarat sudah kamu penuhi. Selanjutnya tinggal mewujudkannya dalam bentuk naskah. Proses penulisan novel juga dibagi dalam dua tahap. Tahap drafting dan tahap editing. Tahap Drafting Drafting merupakan tahapan utama dalam menulis novel. Sebab tanpa melakukan tahap ini, kamu hanya akan berakhir pada angan-angan saja. Ide yang sudah terbangun bisa menguap dengan cepat kapan saja. Jadi jangan buang kesempatanmu dan lakukan sekarang juga. Mulailah dari kalimat pembuka yang apik dan mengundang rasa penasaran. Bisa dimulai dengan deskripsi atau langsung pada konflik. Gunakan diksi yang sesuai dengan cerita yang ingin kamu bangun. Jangan memaksakan diksi yang berlebihan. Pilih dan rangkai senatural mungkin. Tentukan saat yang tepat untuk menutup paragraf lama dan membuka paragraf baru. Bagi cerita dalam novelmu kedalam beberapa penggalan cerita atau chapter. Tidak perlu banyak-banyak, asalkan cerita bisa tersampaikan, sedikit juga tidak masalah. Sematkan catatan kaki pada istilah-istilah khusus dalam novelmu. Tujuannya agar cerita tidak melebar dan pembaca memahami istilah tersebut. Tahap Editing Setelah naskah selesai ditulis, periksa kembali naskahmu. Bila perlu cetak naskahmu agar lebih mudah dikoreksi. Siapkan spidol berwarna untuk memberi tanda dan catatan. Pastikan penulisan naskah sesuai dengan aturan EYD. Buang atau perbaiki kata atau kalimat yang tidak efektif. Ulangi beberapa kali sampai dirasa sudah cukup dikoreksi. Lakukan perbaikan pada naskah yang sudah dikoreksi tadi. Koreksi ulang naskah yang sudah diedit tadi. Jika dirasa sudah cukup maka naskahmu siap menuju proses dan tahapan berikutnya. 3. Proses Akhir Menulis Novel Pada proses ini jantungmu akan dibuat deg-degan. Pertanyaan-pertanyaan kecil mulai timbul dan tenggelam di pikiranmu. Rasa campur aduk dan sensasi aneh perlahan mulai kamu rasakan. Sebentar lagi novelmu akan masuk proses penyempurnaan dan tahap finishing. Namun bukan berarti naskahmu sudah mendapat jaminan pasti. Karena bagian ini biasanya dapat berkebalikan seratus delapan puluh derajat. Proses akhir penulisan novel dibagi dalam dua tahap. Tahap proofreading dan tahap pengiriman naskah. Tahap Proofreading Proofreading adalah tahapan dimana naskah novelmu dinilai. Tujuannya untuk mendapatkan tanggapan, kritik, dan saran dari pembaca. Sebaiknya cari proofreader yang bisa kamu andalkan dalam hal ini. Cobalah minta orang terdekatmu untuk memberi penilaian. Misalkan keluargamu, sahabat, atau bahkan teman editor. Minta mereka untuk membuat catatan kecil tentang testimoni mereka. Kumpulkan semua testimoni tersebut dan simpulkan. Jika dirasa ada yang perlu dibenahi maka lakukan. Jika tidak lewati saja. Tahap Pengiriman Naskah Tahap ini bisa dikatakan adalah tahap pamungkas. Tahap dimana kamu akan mengirimkan naskahmu pada penerbit. Ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan dengan serius disini. Pilih penerbit yang sesuai dengan jenis naskahmu. Tujannya agar naskahmu berpeluang besar diterbitkan. Baca aturan pengiriman nasakah dan taati syarat yang disebutkan oleh penerbit tersebut. Susun dengan rapi naskahmu. Bila perlu sudah dalam bentuk layout yang enak untuk dibaca. Kirim sesuai petunjuk dan pastikan naskahmu sampai di meja redaksi. Siapkan mentalmu kalau-kalau naskahmu diterima atau justru mendapat penolakan. Bagaimana? Sudah dapat gambaran jelas tentang menulis novel bagi pemula? Jika sudah, lalu tunggu apalagi. Segera tulis, kurasi, dan terbitkan naskahmu. PS: Jika kamu mengalami beberapa kendala, ada yang kurang jelas, atau apa pun yang ingin ditanyakan, sila buka obrolan melalui kontak kami. Cara Membuat Flash Fiction Untuk Pemula Langkah Demi Langkah11/02/2016In "Flash Fiction" Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel Beserta Karakteristiknya12/02/2016In "Novel" Cara Membuat Cerpen Untuk Pemula Langkah Demi Langkah04/02/2016In "Cerpen" Ta

ombak rindu novel ... bab satu

Bab 1 "Izzah..! Aku nak kau kerja di kelab malam tu! Kau dengar tak ni! Sama ada kau suka ataupun tak, kau mesti ikut cakap aku. Pendapatannya lumayan. Kau boleh kaya dengan sekelip mata aje." Suara Pakcik Taha keras. Wajahnya serius. Renungannya cukup tajam. Bagaikan hendak terkeluar biji mata lelaki itu merenung anak saudaranya itu. Izzah terkulat - kulat di tepi tiang seri ruang tamu. Rumah papan kediaman mereka kelihatan usang. Semakin tidak bermaya mata yang memandang dengan cahaya lampu yang suram. Rumah Pakcik Taha terletak jauh cari rumah jiran tetangga menyebabkan dia bebas melakukan apa sahaja terhadap Izzah. Jeritan, sepak teranjang dan segala maki hamun sudah lali di telinga dan tubuh Izzah. Kata - kata Pakcik Taha tadi tidaklah selantang mana tapi Izzah dapat merasakan nadanya serius. Dia semakin gementar. Tanpa diundang, airmata sudah mengalir perlahan - lahan. "Tak nak pakcik. Itu tempat maksiat. Izzah.... Izzah tak suka. Izzah nak belajar lagi." jawab Izzah dengan takut - takut. "Nak belajar apalagi! Buang duit aku aje. Esok, kat ceruk dapur tu jugak tempat kau. Kerja kat kilang tu berapa sen yang kau dapat. Esok kau berhenti kerja. Aku nak kau jumpa tauke kelab malam tu." Pakcik Taha keras dengan keputusannya. Makcik Hajar hanya tersenyum memandang suaminya. Kemudiandia mengalihkan pandangan kepada Izzah yang sedang menangis teresak - esak. Dia gembira kerana Izzah digunakan untuk mengaut kesenangan. Itulah perjanjian mereka dengan tauke kelab malam itu. Perjanjian untuk melangsaikan segala hutang - piutang. Bukan itu sahaja malah mereka suami isteri akan mendapat habuan jika Izzah bekerja di kelab malam itu. "Tapi pakcik..." Izzah cuba membantah. Ayat yang telah diatur sejak kemarin tidak terkeluar. Lidahnya kelu. Jelingan tajam Pakcik Taha menakutkan dia. Dua hari lepas, Pakcik Taha sudah mengajukan padanya tentang kerja di kelab malam itu. Demi cita - cita dan maruahnya, jenuh dia memikirkan alasan terbaik menangkis kehendak pakciknya. Tapi dia tidak berdaya. Malam ini pakciknya mengungkit lagi. "Sudah! Pergi siapkan makanan. Kami dah lapar ni." arah Makcik Hajar. Izzah melangkah ke dapur dengan linangan airmata. Makan malam perlu disediakan. Dia tidak mahu ada sepak terajang dan maki hamun lagi. Keputusan Peperiksaan Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) Izzah amat menggalakkan. Dia yakin salah sebuah pusat pengajian tinggi akan menerima permohonannya. Wang yang disimpan hasil kerja di kilang papan di sebelah kampung sementara menunggu keputusan peperiksaan masih ada. Walaupun sebagai kerani dan bergaji kecil tapi Izzah berjimat orangnya. Dia terpaksa menipu pakciknya dengan memberitahu gajinya hanya RM280.00 sedangkan sebenarnya ia mendapat RM400.00 sebulan. Izzah sedar duitnya akan diambil oleh Pakcik Taha jika dia berterus - terang. Cita - cita Izzah amat tinggi. Impian keluarganya perlu dilaksanakan. Dia berharap wang simpanan itu apat menampung permulaan pengajiannya. Selepas itu, dia sudah merancang memohon biasiswa pula. Malam itu, Izzah tidak dapat tidur. Walaupun penat seharian di tempat kerja dan melakukan kerja - kerja rumah namun matanya masih bulat merenung atap rumbia. Biasanya tidur Izzah lena walaupun beralaskan tikar mengkuang tapi kini dia gelisah memikirkan hari esok. Terasa ingin lari dari rumah. Tapi dia tiada kekuatan untuk melakukannya. Esoknya, Izzah masih buat tidak endah. Dia nekad untuk membantah walau apa pun. Dia tidak peduli . Kata hatinya bulat. Seperti biasa dia menyediakan sarapan pagi untuk Pakcik Taha dan Makcik Hajar. Izzah melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 8.40 pagi. Masa untuk dia pergi kerja. Izzah melangkah berjingit - jingit dan berhati -hati sekali. Dia tidak mahu Pakcik Taha nampak. Dia tahu, Pakcik Taha tidak akan memijakkan kaki ke kilang papan itu kerana hutangnya masih tertangguh dengan Pak Mustapha, penyelia di kilang itu. Izzah yakin dia akan selamat sekiranya sempat sampai ke kilang tanpa pengetahuan pakciknya. "Izzah! Kau nak ke mana tu?" jerkah Pakcik Taha. Langkah Izzah terhenti. Dap... dup... dap... dup... debaran dadanya terasa berbunyi. "Kau jangan nak mengada - ngada. Tak payah pergi kerja. Aku dah pesan dengan anak si Nasir tu suruh dia beritahu ketua kau dah berhenti kerja. Masuk! Kejap lagi, kita pergi tauke tu." Pakcik Taha mencekak pinggang dengan ekor mata yang garang. Makcik Hajar hanya tersenyum sumbing. Memang dia berharap sangat agar Izzah pergi dari rumah itu tapi dia takut Izzah akan merampas kebahagiaannya. Makcik Hajar pernah memandang anak mata suaminya merenung tajam ke tubuh anak saudaranya itu. Perkara sumbang boleh terjadi memandangkan kini dia semakin dimamah usia. Tentulah suaminya memerlukan pucuk muda untuk melayani nafsunya. Sebelum sesuatu perkara buruk terjadi, dia mesti memaksa Izzah. Biar dia berambus dari sini. "Izzah tak nak. Izzah nak belajar lagi, Izzah tak nak kerja kat situ." Lancar lidah Izzah berkata - kata. Dia menjadi lupa diri. Barangkali kerana semangatnya yang kuat untuk belajar. Hilang ketakutannya selama ini. Matanya jelas melawan renungan pakciknya. Pang!!!!!!!! Izzah terdorong ke belakang bila satu tamparan hinggap di pipinya. Dia dapat melihat Makcik Hajar hanya ketawa. Bukan sekali tapi dua kali pipinya menjadi mangsa kejam Pakcik Taha. Hidungnya sudah mengalir cecair merah. Kepalanya terasa berpinar - pinar. "Cepat siap! Aku nak kau jumpa tauke tu. Pakai baju yang aku beli semalam. Bawak sekali kain baju kau," arah Pakcik Taha lagi. Suaranya semakin garang. Izzah enggan. Masih terpacak di situ. Kali ini Makcik Hajar pula yang membelasahnya. Tubuh Izzah ditolak ke dinding. Izzah terduduk dengan rambut yang tidak terurus. Raungan Izzah tidak dipedulikan. "Tolong Izzah pakcik, makcik, Izzah tak nak," rayu Izzah sambil teresak - esak. "Cepat masuk! Pergi kemas kain baju kau," tengking Pakcik Taha sambil menanggalkan tali pinggang di seluarnya. Dia tidak peduli rayuan anak saudaranya itu. Apabila terpandang sahaja tali pinggang, Izzah memejamkan mata dan ingin menyorok di tepi almari. Gigilan tubuhnya semakin nyata. "Kalau kau tak nak kena tali pinggang aku ni, cepat masuk bilik. Kemas kain baju kau!" Akhirnya Izzah terpaksa akur. Tiada siapa yang sudi menolongnya. Lemah langkahnya memasuki bilik. Pakcik Taha dan Makcik Hajar tersenyum sesama sendiri. Kemudian mereka terus ke dapur menjamah sarapan pagi yang sudah disediakan. Izzah masih teresak - esak menangis di dalam bilik sambil mengemas kain bajunya. Setelah siap, dia berkurung di bilik sementara menunggu Pakcik Taha dan Makcik Hajar selesai sarapan. "Izzah! Cepat! Aku dah siap ni. Kita pergi sekarang," jerit Pakcik Taha. Izzah tersentak. Cepat - cepat dia mengesat airmatanya. Memandang sekeliling bilik. Seolah - olah inilah kali terakhir melihat bilik usangnya itu. Kemudian berjalan perlahan - lahan menjinjing sebuah beg. "Hei bodoh! Kerja kat situ takkanlah pakai baju kurung. Tapi tak apa, nanti sampai sana kau tukar baju. Mari!" Izzah tidak mempedulikan arahan Pakcik Taha sebelum ini. Baju kurung yang dipakainya masih kekal tersarung di tubuhnya. Sepanjang perjalanan airmata Izzah tidak henti - henti mengalir. "Dah jangan menangis lagi. Kau nak aku sepak muka kau lagi ya?" keras suara Pakcik Taha memarahi Izzah. Setelah empat jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di destinasinya. Izzah masih lagi menangis. Dia ditarik kasar keluar dari kereta. Izzah terpinga - pinga. Berusaha melepaskan cengkaman pakciknya tapi tidak berjaya. seorang lelaki sudah menunggu dengan senyuman miang dan gembira sambil mengurut - ngurut misalnya. "Tolonglah pakcik. Izzah nak balik. Izzah tak nak kerja kat sini," rayu Izzah tetapi tidak dihiraukan. "Kalau kau tak nak buat apa yang aku suruh, aku akan jual kau terus pada tauke tu. Sekarang ni, aku cuma kau nak jadi pelayan kelab malan aje. Banyak dapat duit. Kau cantik. Aku yakin ramai yang kau suka kat kau nanti. Baik nasib kau, mungkin kau akan kahwin dengan lelaki kaya. Mereka yang datang kat sini semuanya banyak duit, kau tau tak." Pakcik Taha mencengkam lengan Izzah dengan kuat. Kemudian dibawanya berjumpa dengan lelaki yang sedang menunggu. "Taha! Wah, lu punya anak sedala banyak cantik ohh...." Lelaki itu tersenyum sumbing sambil meratah wajah dan tubuh Izzah. Izzah ingin lari tetapi genggaman tangan Pakcik Taha amat kuat. Dia merasa takut dengan apa yang bakal terjadi sebentar lagi. Tangisannya tidak dipedulikan. "Lu jaga dia baik - baik. Gua kasi dia kerja dekat kelab malam tu. Tapi, jangan lupa komisen gua tau." Pakcik Taha melepaskan tangan Izzah dan tangan lelaki itu pula mengambil alih memegang kuat pergelangan tangan Izzah. "Pakcik, tolong Izzah pakcik. Izzah tak nak kerja kat sini," rayu Izzah lagi. Walaupun Pakcik Taha pernah cuba berbuat jahat dengannya tetapi dia tidak peduli. Dia ingin pulang. Tidak mahu melakukan kerja terkutuk ini. Izzah meronta - ronta lagi. Bila dia berjaya menendang lelaki itu, satu tumbukan hinggap di perutnya. Izzah terduduk menahan sakit. Beberapa orang pemuda menghampiri Izzah dan mengheretnya ke kereta. "Apa pasal awak tak kerja dengan kami. Gaji banyak an awk cuma layan mereka dengan baik. Kalau mereka berkenan mungkin awak akan dapat kemewahan." Izzah tidak mendengar apa yang diperkatakan oleh lelaki itu. Bagaikan mencurah air di daun keladi sahaja. Airmatanya semakin deras mengalir.

faisal tehrani

Mohd Faizal Musa Born 7 August 1974 (age 42) Kuala Lumpur, Malaysia Pen name Faisal Tehrani Nationality Malaysian Genre Novel, short-story, poem and stage play Mohd Faizal Musa (born August 7, 1974), also known under the pen name Faisal Tehrani, is a Malaysian author who is known for being controversial. He is the author of many books and literary works of various lengths, including stage plays. National Laureate Datuk Anwar Ridwan, said Faizal up with "consciousness of literature high and full of vision." Faizal has won numerous literary prizes and awards, including the National Art Award in 200

novel kegemaranku

Sinopsis Konserto Terakhir Bab 1 hingga 14 Sinopsis Bab demi Bab Sinopsis Bab 1 – Keluarga Hayati tidak ada mood ( keinginan ) untuk belajar piano pada hari itu kerana sering membuatkesalahan. Keadaan ini menimbulkan salah faham antara Hayati dengan guru pianonya. Tiba-tiba muncul Hilmi di saat-saat getir tersebut. Hilmi memperkenalkan dirinya sebagai dua pupuHayati iaitu anak Pak Karim dari Kedah. Hayati berasa gusar melihat gerak-geri Hilmi yangserba canggung. Dia tidak pernah mengetahui bahawa bapanya masih mempunyai saudara dikampung. Datin Salmah juga tidak menyenangi kehadiran Hilmi di rumahnya. Sementaramenunggu kepulangan Datuk Johari, Hilmi ditempatkan di sebuah bilik berhampiran denganbilik Pak Amat, drebar mereka. Kehadiran Hilmi telah mengingatkan Datuk Johari tentangkampung halamannya yang telah ditinggalkan selama tujuh belas tahun lalu.Hilmi menyatakan hasratnya untuk mencari pekerjaan. Walau bagaimanapun, kelulusannyayang hanya setakat darjah empat sekolah Melayu menyukarkan usaha Datuk Johari mencaripekerjaan untuknya. Akhirnya Hilmi disuruh menjadi tukang kebun di rumahnya. Hilmibekerja dengan tekun membersihkan kebun itu. Dalam masa yang sama, perasaannyacemburu melihat kemesraan antara Hayati dengan Mohsin. Sinopsis Bab 2 – Kuli Hilmi gembira dengan pekerjaannya sebagai tukang kebun. Dia telah melakukan perubahanyang besar di pekarangan rumah itu sehinggakan mendapat pujian daripada Datuk Johari dan juga Dr. Nathan iaitu jiran Datuk Johari. Hilmi berkawan baik dengan Pak Amat. Pak Amatpernah menjadi penyelam mutiara di Darwin, Australia. Datuk Johari gelisah apabila Dr.Nathan bertanyakan tentang tukang kebun barunya itu kerana dia tidak sampai hatimenganggap Hilmi sebagai tukang kebunnya. Hilmi amat tertarik dengan mainan pianoHayati. Rumah Datuk Johari juga sering didatangi oleh saudara mara Datin Salmah yangberpangkat.Dalam pada itu, Datin Salmah teringat akan kata-kata kakaknya Siti Hajar tentang Hilmikerana lambat laun orang akan mengetahui bahawa Hilmi itu anak saudara Datuk Johari.Hasutan Siti Hajar itu menimbulkan rasa gelisah di hati Datin Salmah dan dia berusahamencari jalan untuk mengusir Hilmi dari rumahnya. Sinopsis Bab 3 – Piano Hilmi kecewa apabila dia mendapati tanamannya dirosakkannya oleh kumbang. Dia telahmelepaskan geramnya dengan memijak-mijak kumbang-kumbang itu dengan tumitnya.Tindakan Hilmi itu ditegur oleh Hayati dan menganggap dia seorang yang kejam. AkhirnyaHayati faham kenapa Hilmi memusnahkan kumbang yang mengancam keselamatantanamannya. Kadangkala Hayati ikut bersama-samanya mencari kumbang dan ulat. Dua kalidalam seminggu iaitu hari Sabtu dan Khamis, Hayati belajar bermain piano di rumahnya.Pada hari-bari tersebut Hilmi akan mencari kerja yang dapat dibuatnya di depan rumahberhampiran dengan ruang tamu. Pada kedua-dua hari tersebut keletihannya terasa hilang, dandia menunggu kedua-dua hari itu dengan penuh harapan kerana dia dapat mendengar lagu-lagu merdu yang keluar dari hujung-hujung jari Hayati yang diletakkan di atas pianonya.Lagu-lagu itu menjadi makanan rohaninya. Pada suatu hari Khamis, Hilmi gelisah keranaHayati belum pulang lagi. Rupa-rupanya Hayati dan Mohsin pergi menonton wayang.Hati Datin Salmah mulai berubah terhadap Hilmi. Dia tidak lagi menyebutnya sebagai tukangkebun tetapi sebagai kaum keluarganya. Datuk Johari juga mulai bangga kerana tiap-tiap You're reading a free preview. Pages 2 to 10 are not shown in this preview. Read the full version